Bagaimana Anggota Tubuh Berpolitik?
Photo cr: pinterest. |
1. Mata: merupakan alat
penyaring mana pihak yang menguntungkan dan mana pihak yang lebih
menguntungkan. Cuma ada dua golongan mata, kalo nggak mata-mata ya mata duitan.
apa bedanya? Gak ada, semua sama-sama suka goda-lirik-rebut yang masih disegel.
2. Telinga: adalah piranti
uhuy yang ketika rapat mendadak budeg, tapi langsung tune-in seribu persen kalau ada isu-isu mengenai kasus korupsi
yang inisialnya mirip sama nama sendiri; sebagian besar lebih mudah terdistorsi
oleh suara desahan kucing yang lagi ber-haha-hihi, daripada diskusi mengenai
hal yang intelek dan berbobot tinggi.
3. Mulut: sudah biasa
digunakan sebagai modal utama kampanye, yang produksi janji-janjinya terlalu
naik-naik-ke-puncak-gunung sampai nabrak pesawat (gak nyambung, biarin); kini
sedikit beralih fungsi sebagai pemicu sensasi lewat pernyataan-pernyataan konyol,
seperti “membakar hutan tidak masalah, karena masih bisa ditanam kembali”
(iyain aja).
4. Otak: salah satu anggota
tubuh yang paling encer di awal kampanye, tapi bisa berbalik 180
derajat menjadi bebal ketika sudah resmi menjabat. Butuh sedikit pencerahan
untuk dapat kembali normal, misal dengan menaikkan upah gaji, atau berilah
sebuah lamborghini warna merah hati.
5. Tangan: biasanya dipakai
buat corat-coret, suka bubuh-bubuh tanda (tangan) seenaknya. Kadang juga
digunakan sebagai alat buat nampar oposisi-oposisi yang bacot dan
kelakuannya keterlaluan; seringkali fungsi kelima jarinya ditekuk dan
disederhanakan, jelas jari yang ukurannya paling panjang ditunjukkan kepada
orang-orang yang merasa mengusik otoritasnya.
6. Kaki: selalu dilindungi
sepatu mahal, yang bahkan debu pun tidak berani menempel. Salah satu anggota
tubuh yang paling giat kalau disuruh berangkat ambil gaji, tapi paling malas
menemui rakyat yang sekarat mau mati. Pada pagi hari digunakan untuk berjalan
ke gedung tempat kerja, pada malam hari digunakan untuk mengunjungi beberapa
wisma.
7. Hati: sesuatu yang
jarang dimiliki oleh mereka, sekalinya disuruh hati-hati malah main hati.
8. Ke-malu-an:
halaaaahh.... udah, yang ini gak usah dibahas. Bukan apa-apa, tapi karena
memang mereka sudah tidak punya.
0 komentar