Sebuah Luapan yang Segera Dilupakan
Benar – benar asing ketika aku menyatakan diri sebagai yang dicintai, oleh kanopi yang meneduhkanku. Ada kegundahan yang memang belum mencapai stadium akhir. Berspekulasi ini itu. Ada prasangka baik, ada prasangka buruk. Aku lebih tidak tahu lagi perasaannya.
Panggil aku Ratna karena pasanganku adalah Galih, aku
tak tahu aku siapa karena aku tidak tahu pasangan Arjuna. Yang ada hanya
perasaan yang terlalu berlebihan, yang menggelikan. Malamku tak ada asa,
panjang cerita, adanya putus asa. Terlalu malu, terlalu percaya. Tak
ada berita datang, aku kecewa.
Kanopi
Kanopi
Kanopi
Ka..
ka.. ka.. Katastropik!
Biasanya
aku terlalu terbiasa sendiri, tetapi tidak untuk kini. Harus ku akui, kadang
ingin ku kembali ke masa saat tak tahu apa- apa. Walau rasanya hampa tapi aku
tidak apa – apa. Sampai tiba waktu ketika dia menyentuhku lagi, dengan ramah
dan menyenangkan, melupakan apa yang terjadi seharian.
Aku
memohon agar kapalku tak terseret angin, karena pelabuhan sudah dekat. Ini
sudah terlalu jauh untuk ku kembalikan. Sungguh susah untuk ku berjuang, karena
setiap masa rasa ku menabrak karang.
0 komentar