Bagaimana Anggota Tubuh Berpolitik?

by - Januari 06, 2016

Photo cr: pinterest.
Akhir-akhir ini, tugas beberapa mata kuliah seringkali mengangkat tema politik. Kalau saya amati dalam beberapa dekade terakhir (anjayy wkwkkwk), saya sering geli-geli sedikit melihat cara berpolitik para ‘aristokrat-aristokrat’ Indonesia akhir-akhir ini. Hingga pemikiran sempit saya mengantarkan pada pendapat pribadi mengenai politik dan anggota tubuh, akibat sebelumnya sering bertanya-tanya bagaimana sebenarnya manusia dan anggota tubuhnya berpolitik.
1. Mata: merupakan alat penyaring mana pihak yang menguntungkan dan mana pihak yang lebih menguntungkan. Cuma ada dua golongan mata, kalo nggak mata-mata ya mata duitan. apa bedanya? Gak ada, semua sama-sama suka goda-lirik-rebut yang masih disegel.
2. Telinga: adalah piranti uhuy yang ketika rapat mendadak budeg, tapi langsung tune-in seribu persen kalau ada isu-isu mengenai kasus korupsi yang inisialnya mirip sama nama sendiri; sebagian besar lebih mudah terdistorsi oleh suara desahan kucing yang lagi ber-haha-hihi, daripada diskusi mengenai hal yang intelek dan berbobot tinggi.
3. Mulut: sudah biasa digunakan sebagai modal utama kampanye, yang produksi janji-janjinya terlalu naik-naik-ke-puncak-gunung sampai nabrak pesawat (gak nyambung, biarin); kini sedikit beralih fungsi sebagai pemicu sensasi lewat pernyataan-pernyataan konyol, seperti “membakar hutan tidak masalah, karena masih bisa ditanam kembali” (iyain aja).
4. Otak: salah satu anggota tubuh yang paling encer di awal kampanye, tapi  bisa berbalik 180 derajat menjadi bebal ketika sudah resmi menjabat. Butuh sedikit pencerahan untuk dapat kembali normal, misal dengan menaikkan upah gaji, atau berilah sebuah lamborghini warna merah hati.
5. Tangan: biasanya dipakai buat corat-coret, suka bubuh-bubuh tanda (tangan) seenaknya. Kadang juga digunakan sebagai alat buat  nampar oposisi-oposisi yang bacot dan kelakuannya keterlaluan; seringkali fungsi kelima jarinya ditekuk dan disederhanakan, jelas jari yang ukurannya paling panjang ditunjukkan kepada orang-orang yang merasa mengusik otoritasnya.
6. Kaki: selalu dilindungi sepatu mahal, yang bahkan debu pun tidak berani menempel. Salah satu anggota tubuh yang paling giat kalau disuruh berangkat ambil gaji, tapi paling malas menemui rakyat yang sekarat mau mati. Pada pagi hari digunakan untuk berjalan ke gedung tempat kerja, pada malam hari digunakan untuk mengunjungi beberapa wisma.
7. Hati: sesuatu yang jarang dimiliki oleh mereka, sekalinya disuruh hati-hati malah main hati. 

8. Ke-malu-an: halaaaahh.... udah, yang ini gak usah dibahas. Bukan apa-apa, tapi karena memang mereka sudah tidak punya.

You May Also Like

0 komentar